Jumat, Agustus 15, 2008

Kartu Kredit : Menaikkan Prestise, Menebar Benih Teror

Untuk Anda yang sudah bekerja, terutama yang bekerja di perkantoran kota besar, saya yakin kartu kredit bukanlah barang yang aneh seperti UFO, piring terbang dan tokoh dalam Star Wars. Sebetulnya saya lebih senang untuk membangun mindset dalam otak saya, dengan menyebut kartu kredit sebagai kartu utang (disingkat dengan kutang). Penanaman mindset ini sengaja saya lakukan supaya saya selalu ingat bahwa kartu kredit adalah sebuah alat yang memudahkan kita berhutang dan juga membeli kutang. Dan dengan berhutang, kita harus ingat bahwa ada kewajiban untuk melunasi hutang tersebut.

Sebetulnya saat ini kegunaan kartu kredit bisa dikatakan sangat bermanfaat. Pemegang kartu kredit banyak diberikan kemudahan untuk membeli suatu produk atau mengikuti program promo tertentu yang hampir mustahil didapat jika kita tidak mempunyai kartu kredit. Saat ini, pengguna kartu kredit pun seakan diposisikan sebagai customer yang sangat penting, dan banyak diiming - imingi dengan berbagai macam bonus, point, dan reward. Misalnya untuk pengguna kartu kredit tertentu, dibebaskan untuk beristirahat di executive lounge dan menggunakan fasilitas toilet bandara tertentu secara gratis.

Anyway, kartu kredit mungkin seperti dua sisi mata uang *sebetulnya, mata uang itu yang sebelah mana yah ? terus ada hidung uang nggak ?* . Di satu sisi banyak manfaatnya, tapi di sisi lain juga sering malah membelit orang yang memilikinya. Saya sendiri sampai saat ini masih enggan untuk memiliki kartu kredit dan segala macam bentuk tagihan yang sifatnya pasca bayar *kata Pak Guru SMU saya, yang benar itu pasca bayar, bukan paska bayar*. Alasan utamanya adalah saya malas jika tagihan - tagihan itu membebani saya dan akhirnya tidak bisa mengontrol pemakaiannya. Saya pribadi lebih suka membeli sesuatu secara tunai dengan menabung terlebih dahulu.

Di mailing list yang saya ikuti, pernah ada cerita mengenai orang yang kesulitan menutup kartu kreditnya dan harus menghubungi penerbit kartu berkali - kali. Ada juga yang kemudian mendapat teror dari para petugas debt collector bank penerbit kartu kredit. Di milis itu juga diungkap bahwa ternyata bank penerbit lebih menyukai tipe pemegang kartu yang cantik, manis, baik hati dan tidak sombong mengangsur kreditnya dalam waktu yang lama atau sedikit menunggak / terlambat dalam membayar cicilan, tapi masih lancar. Tentunya tujuan bank penerbit kartu adalah memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya dari bunga marischa yang cantik, manis dan baik hati dikenakan. Dan ternyata sebagian besar konsumen kartu kredit berada pada kategori agak seret tersebut.

Saya sendiri masih kurang paham (red : katro) tentang mekanisme penagihan kewajiban kartu kredit di Indonesia. Di sini, seringkali saya mendengar atau membaca cerita mengenai orang yang diteror oleh pihak debt collector, mulai dari makian dan umpatan kasar lewat telepon, mendatangi rumah penunggak secara langsung, dan bahkan kadang terjadi kekerasan fisik. Parahnya lagi, kadang - kadang keluarga dekat atau orang yang menjadi referensi juga ikut mendapat teror walaupun yang bersangkutan tidak tahu menahu terhadap kewajiban si pemegang kartu.

Kalau Anda mencermati iklan baris di surat kabar (saya sering baca di Koran Tempo), saat ini banyak pihak yang menawarkan penghentian permasalahan kartu kredit dengan cara yang 'legal' bagi pemegang kartu yang tidak bisa atau tidak mau membayar kewajiban karena sesuatu hal. Saya sendiri belum pernah menghubungi pengiklan untuk mengetahui bagaimana metode mereka. Tapi dari sini mungkin bisa diambil kesimpulan bahwa penunggak kartu kredit jumlahnya signifikan, dan merupakan pasar yang potensial untuk digarap hehehe..

Oiya, berikut tips yang saya ingat, yang pernah saya baca *saya lupa sumbernya* mengenai pemakaian kartu kredit yang aman :

1. Daftarkan pengajuan kartu kredit langsung ke bank / lembaga penerbit kartu, jangan melalui agen yang banyak menawarkan kartu kredit di berbagai macam tempat, kecuali agen tersebut bening dan layak untuk diajak kenalan karena jika melalui agen akan lebih rawan terhadap pencurian data pribadi kita.

2. Jangan pernah menganggap kartu kredit sebagai penghasilan tambahan, meskipun sulit disangkal bahwa kartu kredit akan mempertebal isi dompet Anda. *literally* Kartu kredit hanyalah alat untuk mempermudah manajemen keuangan Anda.

3. Sebisa mungkin, segera lunasi tagihan kartu kredit Anda, jangan sampai ditunda dan kemudian muncul bunga citra lestari yang bisa mencekik Anda karena ashraf sinclair mendua dan mencari wanita lain . * salam buat para biang gosip :P *

4. Gunakan kartu kredit Anda untuk keperluan darurat saja misalnya saat Anda kebelet pipis, dan selalu gunakan secara bijak untuk bayar pajak (sepertinya ini yang paling sulit, godaannya besar disini hehehe)

5. Jika terdapat transaksi mencurigakan, segera hubungi pihak penerbit kartu, jangan lupa perkenalkan diri Anda dan katakan bahwa Anda cinta perdamaian *apaan sih gue*

6. Jangan pernah memberikan data kartu kredit Anda kepada orang lain, tetapi selalu berikan cinta Anda kepada dunia dan orang tercinta Anda

7. Kalau Anda diteror oleh debt collector kartu kredit, katakan bahwa Anda adalah orang yang cinta damai, tetapi lebih cinta jika debt collector dimusnahkan dari muka bumi.

Oiya, semua ini cuma pendapat pribadi saya ya.. jadi semuanya sih terserah Anda. Saya juga tidak ingin menggurui, karena saya sendiri belum pernah punya kartu kredit, jadi tidak bisa banyak memberi pendapat hehehe..

Merdekaaaaaaaaa !!!!! dari debt collector teroris

PEACE !!!

2 komentar:

Sherly mengatakan...

Kenapa dari kartu kredit bisa nyambung ke BCL dan Ashraf Sinclair sih di? :P

Didi mengatakan...

hehehe.. ada dong, kan kartu kredit berbunga :P biarpun yg satu bunganya bikin seneng, satunya lagi bikin senep :p