Sabtu, Maret 21, 2009

Ganti Handphone Lagi

Sekitar awal bulan maret ini, saya terpaksa membeli handphone yang baru, karena handphone saya yang lama hilang. Untungnya, *mengikuti falsafah jawa, bisa bersyukur meskipun handphone hilang* handphone saya tersebut sudah dipakai selama lebih dari 1 tahun, sehingga tidak terlalu disesali. Handphone saya yang lama adalah LG KG195, yang harganya terbilang cukup murah meriah saat itu, karena masih di bawah 1 juta rupiah tetapi sudah mengusung teknologi bluetooth, external memory, kamera, bisa memutar video dan mp3, java, dll. Intinya, handphone tersebut fiturnya sudah cukup lah untuk saya yang hanya menginginkan fitur hiburan standar di handphone.


LG KG195

Nah, ketika ingin mencari pengganti untuk kekasihku yang telah pergi  si KG195 tersebut, saya juga ingin mencari fitur yang setara. Fitur yang must have tentunya adalah : external memory, pemutar mp3, bluetooth dan java *selain fitur bisa telepon dan sms tentunya*. Kalaupun ada fitur kamera, itu cuma tambahan saja, karena saya juga jarang berfoto dengan kamera handphone *maklum model profesional, nggak level kalau cuma dipotret dengan handphone huahahahahaha*. Tadinya sih saya berpikiran untuk membeli handphone yang under 1 juta lagi, akan tetapi saya tergoda juga karena ada handphone berfitur 3g yang ternyata harganya cukup wajar dan masih terjangkau, sekitar 1,3 – 1,4 juta.

Saat membeli si KG195, saya tidak membelinya sendiri. Saya menyuruh meminta tolong kakak dan adik saya untuk mencarikan dan memilihkan handphone tersebut. Seingat saya waktu itu titip dibelikan LG KG300, tetapi ternyata akhirnya malah membeli si KG195. Nah, saat membeli handphone yang baru ini pun, saya juga tidak membeli sendiri. Kebetulan adik saya sedang ada acara di Jakarta (adik saya bekerja di Balikpapan), sehingga pas sedang di rumah dan akan belanja, saya sekalian nitip beliin handphone hehehe.. *asas manfaat* :D Saya tertarik dengan LG KU380, karena sudah mengusung fitur 3g dan kebetulan teman saya ada yang memakai handphone tersebut, sepertinya cukup oke dan harganya masih terjangkau. KU380 punya teman saya warnanya putih dan bergaris hijau, tetapi saya kurang suka dengan warna putihnya, karena menurut saya terlihat terlalu cewek, sehingga saya memilih yang berwarna hitam. Adik saya pun mencarikan handphone tersebut di Mal Depok, kemudian juga di ITC Depok, tetapi tidak bisa menemukan warna hitam yang saya cari. Sebetulnya katanya di Mal Depok ada yang menjual warna hitam, tetapi harga yang ditawarkan tidak sesuai harga pasar,dan akhirnya tidak dibeli. Akhirnya saat sudah malam, kakak saya menyusul adik saya sambil sekalian diajak mencarikan istri handphone untuk saya. Saat mencari di counter, kakak saya ditawari Samsung L170, yang fiturnya mirip dan harganya tidak jauh dari LG KU380. Pilihan saya saat itu tetap KU380 warna hitam, akan tetapi setelah mereka berdua memutar di ITC Depok, dan kemudian ke Detos, tetap tidak ditemukan KU380 warna hitam, saya harus memilih alternatif lain *kasihan soalnya, sudah capek kesana kemari*.


LG KU380

Just info, saat kakak dan adik saya mencari handphone, saya di rumah browsing di internet untuk melihat fitur sekaligus harga pasarannya, supaya paling tidak mereka tidak akan dikibuli mentah-mentah oleh penjualnya. Setelah membaca-baca referensi dan review, akhirnya saya pun memilih tawaran Samsung L170 tersebut.


Samsung L170

Samsung L170 ini sudah memenuhi fitur yang saya cari tadi : ada external memory, pemutar mp3, bluetooth dan java, dan malah mendapatkan paket microSD card gratis 1 GB (lumayan, tidak usah beli external memory lagi hehehe). Kelebihan lainnya adalah, sudah mendukung 3G, serta resolusi kameranya 2MP jauh lebih tinggi resolusinya daripada KG195 yang hanya VGA. Handphone ini akhirnya terbeli seharga Rp. 1.360.000,00. Semoga saja nggak kemahalan hehehe..

Last wishes, semoga si L170 ini bisa dipakai dalam waktu yang lama, tidak rewel, dan nggak hilang lagi hehehehehe.

Kenali Lawan Bicaramu…

Dahulu, ketika waktu masuk SMU 1 Klaten (waktu itu sih istilahnya masih SMU, bukan SMA), saya cukup banyak harus beradaptasi. Harap maklum, karena kebetulan SMP saya tidak satu kota dengan SMU, sehingga teman di SMU adalah wajah-wajah baru. Waktu itu, di SMU saya, setiap 1 kelas diisi oleh 45 murid, dan totalnya ada 10 kelas paralel, jadi kira–kira murid kelas 1 jumlahnya  sekitar 450 orang. Oleh karena itu wajar saja kalau di antara sesama kelas 1 belum tentu saling kenal, apalagi kalau berbeda kelas. Nah, kejadiannya saat itu hari jumat, dimana teman –teman muslim sedang sholat jumat, kami siswa kristiani juga mengadakan kegiatan persekutuan doa. Saat itu kebetulan waktu setelah catur wulan II baru dimulai, sehingga murid – murid baru saja menerima raport untuk catur wulan I. Sambil menunggu persekutuan doa dimulai, kami pun sesama anak kelas 1 (yang berbeda kelas) saling berbincang (meskipun belum semuanya saling kenal). Karena saat itu adalah pertama kali anak kelas 1 menerima raport di SMU, wajar saja kalau obrolannya juga tidak jauh – jauh dari nilai raport *soalnya sekolahku sekolahannya anak – anak baik, jadi obrolannya tetap seputar pelajaran hahaha ….. :P* sehingga timbullah obrolan kira-kira seperti ini  *aslinya sih obrolan ini dalam bahasa jawa*

teman 1 : waktu terima raport, siapa yang juara 1 di kelasmu ?

teman 2 : kalau di kelasku sih si A *saya lupa tepatnya* 

teman 3 : ooo, yang dari SMP anu yah…

teman 1 : iya, yang dari sana itu lho.. nggak heran lah, dari dulu sudah pintar kok anaknya .…

saya : orangnya yang mana sih ?

teman 1 : itu, yang cewe, yang dari SMP anu..

saya : ooo .. ya ya.. aku tau

teman 2 : kalau yang ranking 1 paralel siapa..

teman 1 : katanya sih si B.. yg dari SMP X itu lho…

saya : wah, hebatt…

teman 1 : kalau yang dari 1J, siapa *kelas 1J itu adalah kelas saya*

teman 2 : namanya sih L Didi *hey friends, that’s my name… !!!*

teman 3 : L Didi itu orangnya yang mana sih ?

saya : oo.. L Didi ya??? itu saya…. *sambil senyum – senyum*

teman 3 : ……………. *speechless, sambil senyum senyum kecut karena malu*

teman 1 dan 2 : ………. *sama, diam juga hehehe*

*obrolan pun tidak dilanjutkan, karena sudah garing :P*

nah… moral of the story-nya adalah : sebelum membicarakan orang, pastikan orang yang menjadi subyek pembicaraan tidak berada di tempat itu ya… Untungnya *katanya, se-sial apapun, orang jawa selalu bisa bilang untungnya* waktu itu teman – teman baru ini tidak sedang menggosipkan sesuatu yang buruk tentang saya.. kalau iya… walah…. bisa-bisa terjadi pertumpahan darah deh…..

Senin, Maret 16, 2009

Nostalgila….

Uh..

Timeframe : Selasa, 18 Maret 1997
Venue : salah satu ruang kelas sebuah sekolah kampungan saat  kelas agama dan gurunya nggak datang
Attendee : Siswa – siswi kelas IIIA

Dear my old friend, at that time, me and you together. do you still remember me?? where are you now.. i miss you… you know, that was a special moment for me.

gilaaaa… udah 12 tahun kita nggak ketemu lagi. semoga kamu dan kalian baik – baik saja.

Kisah Jenderal Pemburu Gajah (Episode I)

Pada suatu masa, di sebuah hutan nan lebat, hiduplah sekawanan gajah liar. Gajah – gajah tersebut tinggal di hutan dengan damai, dan tidak pernah terusik oleh kehidupan manusia. Alkisah, seorang pemburu bernama Guga Egigu, ditugaskan oleh penduduk desa untuk berburu gading gajah. Si Guga berbekal senapan laras panjang berisi peluru yang mengandung bius dengan gagah berani berhasil masuk ke dalam hutan sendirian. Ia tidak takut akan keadaan hutan yang sunyi senSyap dan banyak binatang liarnya. Tak juga ia takut terhadap macan ataupun singa si raja hutan.

Pada cerita sebelumnya, di desa Guga diadakan upacara pemilihan jenderal yang akan menjadi calon pemimpin desa. Guga menjadi salah satu kontestannya. selain Guga, terdapat pula Gembil, si Gembul, Si Jangkung, si Preman dan si Tole. Singkat cerita, si Gembil dipilih sebagai kontestan yang terbaik. Akan tetapi, sayangnya si Gembil tidak bisa diangkat menjadi Jenderal, karena terlalu sering pusing dan sakit kepala, sehingga harus mundur. Akibatnya, si Gembil pun malah diberikan puyer bintang tujuh *sebagai ganti lencana bintang jenderal*. Kandidat yang lolos  pun akhirnya hanya tinggal 5 orang yaitu Guga, Gembul, Jangkung,  Preman, dan Tole.

Rupanya hutan tempat gajah berada teresebut letaknya berada jauh di pinggiran sebuah kota, sedangkan desa si Guga letaknya di sisi lain dari kota tersebut, sehingga untuk menuju hutan, si Gugak dkk harus melalui kota tersebut, dan keluar lagi ke hutan.

Alkisah, saat perjalanan dari desa menuju hutan, satu – persatu kontenstan tumbang. Ketika perjalanan baru berjalan 500 tombak dari gerbang desa, si Tole merasa kakinya sakit. rupanya Tole lupa membawa obat asam urat. Alhasil, akhirnya Tole terpaksa mundur dari misi suci ini.

Ketika menuju kota, halangan pun ternyata lebih banyak lagi. Sewaktu memasuki gerbang kota, rombongan dihadang oleh patroli polisi. Polisi ingin menahan semua  anggota rombongan karena mebawa bedil dan senjata perburuan yang dianggap illegal. Alhasil, si Gembul pun dikorbankan untuk menjadi tangkapan polisi, supaya rombongan yang lain bisa tetap melanjutkan perjalanan.Mengapa harus si Gembul yang dikorbankan? Si Gembul ini punya kemungkinan paling besar untuk lolos dari dakwaan, karena pandai berkelit dan berani mensomasi aparat, termasuk polisi huehehehehe..

Perjalanan di kota pun dilanjutkan. tibalah rombongan pada suatu pasar yang sangat ramai. Naluri alami si Preman pun keluar. Si Preman merasa yakin bahwa pasar tersebut adalah tempat yang prospektif untuk mengeruk keuntungan. Si Preman pun akhirnya berniat menjadi centeng pasar dan menjadi penguasa parkir di pasar tersebut, dan menolak melanjutkan misi suci. Adapun si Jangkung, rupanya dia juga terpukau dengan ramainya pasar ini. Naluri bisnisnya pun muncul. Dia merasa di pasar inilah tempat yang prospektif untuk berdagang laptop. Si Jangkung ingin menjual lencana yang diberikan di desa tadi untuk jadi modal berdagang. Maklumlah, si Jangkung memperoleh lencana emas dengan 6 bintang, jadilah akhirnya setelah dari pasar di kota ini, hanya Guga yang mampu melanjutkan perjalanan sampai ke hutan.

Menurut kabar burung yang sudah lama beredar di desa Guga, gajah – gajah tersebut sangat suka berendam di suatu kubangan. Penduduk desa menyebut kubangan gajah tersebut dengan nama kubangan 267. Kenapa dinamakan kubangan 267? rupanya hal ini dikarenakan kubangan tersebut berukuran seluas 267 tombak* persegi dan sanggup memuat hingga 12 ekor gajah besar. Alkisah, di kubangan 267 tersebut, dulunya sering terlihat gajah – gajah chubby yang berkubang bersama - sama. Meskipun demikian, semakin hari jumlah gajah yang berkubang di tempat tersebut semakin sedikit.

Singkat cerita, setelah perjalanan yang sangat melelahkan selama berhari – hari, si Guga pun sampai ke dalam hutan di dekat kubangan 267.

Lalu, bagaimanakah kisah selanjutnya???? Apakah si Guga berhasil melanjutkan misi suci berburu Gajah ?? nantikan kelanjutan kisahnya segera.. hanya di blog ini**

*tombak: satuan panjang yang acapkali digunakan di negeri antah berantah.

**terms and conditions apply, kalau penulisnya lagi nggak males