Jumat, Agustus 15, 2008

Kartu Kredit : Menaikkan Prestise, Menebar Benih Teror

Untuk Anda yang sudah bekerja, terutama yang bekerja di perkantoran kota besar, saya yakin kartu kredit bukanlah barang yang aneh seperti UFO, piring terbang dan tokoh dalam Star Wars. Sebetulnya saya lebih senang untuk membangun mindset dalam otak saya, dengan menyebut kartu kredit sebagai kartu utang (disingkat dengan kutang). Penanaman mindset ini sengaja saya lakukan supaya saya selalu ingat bahwa kartu kredit adalah sebuah alat yang memudahkan kita berhutang dan juga membeli kutang. Dan dengan berhutang, kita harus ingat bahwa ada kewajiban untuk melunasi hutang tersebut.

Sebetulnya saat ini kegunaan kartu kredit bisa dikatakan sangat bermanfaat. Pemegang kartu kredit banyak diberikan kemudahan untuk membeli suatu produk atau mengikuti program promo tertentu yang hampir mustahil didapat jika kita tidak mempunyai kartu kredit. Saat ini, pengguna kartu kredit pun seakan diposisikan sebagai customer yang sangat penting, dan banyak diiming - imingi dengan berbagai macam bonus, point, dan reward. Misalnya untuk pengguna kartu kredit tertentu, dibebaskan untuk beristirahat di executive lounge dan menggunakan fasilitas toilet bandara tertentu secara gratis.

Anyway, kartu kredit mungkin seperti dua sisi mata uang *sebetulnya, mata uang itu yang sebelah mana yah ? terus ada hidung uang nggak ?* . Di satu sisi banyak manfaatnya, tapi di sisi lain juga sering malah membelit orang yang memilikinya. Saya sendiri sampai saat ini masih enggan untuk memiliki kartu kredit dan segala macam bentuk tagihan yang sifatnya pasca bayar *kata Pak Guru SMU saya, yang benar itu pasca bayar, bukan paska bayar*. Alasan utamanya adalah saya malas jika tagihan - tagihan itu membebani saya dan akhirnya tidak bisa mengontrol pemakaiannya. Saya pribadi lebih suka membeli sesuatu secara tunai dengan menabung terlebih dahulu.

Di mailing list yang saya ikuti, pernah ada cerita mengenai orang yang kesulitan menutup kartu kreditnya dan harus menghubungi penerbit kartu berkali - kali. Ada juga yang kemudian mendapat teror dari para petugas debt collector bank penerbit kartu kredit. Di milis itu juga diungkap bahwa ternyata bank penerbit lebih menyukai tipe pemegang kartu yang cantik, manis, baik hati dan tidak sombong mengangsur kreditnya dalam waktu yang lama atau sedikit menunggak / terlambat dalam membayar cicilan, tapi masih lancar. Tentunya tujuan bank penerbit kartu adalah memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya dari bunga marischa yang cantik, manis dan baik hati dikenakan. Dan ternyata sebagian besar konsumen kartu kredit berada pada kategori agak seret tersebut.

Saya sendiri masih kurang paham (red : katro) tentang mekanisme penagihan kewajiban kartu kredit di Indonesia. Di sini, seringkali saya mendengar atau membaca cerita mengenai orang yang diteror oleh pihak debt collector, mulai dari makian dan umpatan kasar lewat telepon, mendatangi rumah penunggak secara langsung, dan bahkan kadang terjadi kekerasan fisik. Parahnya lagi, kadang - kadang keluarga dekat atau orang yang menjadi referensi juga ikut mendapat teror walaupun yang bersangkutan tidak tahu menahu terhadap kewajiban si pemegang kartu.

Kalau Anda mencermati iklan baris di surat kabar (saya sering baca di Koran Tempo), saat ini banyak pihak yang menawarkan penghentian permasalahan kartu kredit dengan cara yang 'legal' bagi pemegang kartu yang tidak bisa atau tidak mau membayar kewajiban karena sesuatu hal. Saya sendiri belum pernah menghubungi pengiklan untuk mengetahui bagaimana metode mereka. Tapi dari sini mungkin bisa diambil kesimpulan bahwa penunggak kartu kredit jumlahnya signifikan, dan merupakan pasar yang potensial untuk digarap hehehe..

Oiya, berikut tips yang saya ingat, yang pernah saya baca *saya lupa sumbernya* mengenai pemakaian kartu kredit yang aman :

1. Daftarkan pengajuan kartu kredit langsung ke bank / lembaga penerbit kartu, jangan melalui agen yang banyak menawarkan kartu kredit di berbagai macam tempat, kecuali agen tersebut bening dan layak untuk diajak kenalan karena jika melalui agen akan lebih rawan terhadap pencurian data pribadi kita.

2. Jangan pernah menganggap kartu kredit sebagai penghasilan tambahan, meskipun sulit disangkal bahwa kartu kredit akan mempertebal isi dompet Anda. *literally* Kartu kredit hanyalah alat untuk mempermudah manajemen keuangan Anda.

3. Sebisa mungkin, segera lunasi tagihan kartu kredit Anda, jangan sampai ditunda dan kemudian muncul bunga citra lestari yang bisa mencekik Anda karena ashraf sinclair mendua dan mencari wanita lain . * salam buat para biang gosip :P *

4. Gunakan kartu kredit Anda untuk keperluan darurat saja misalnya saat Anda kebelet pipis, dan selalu gunakan secara bijak untuk bayar pajak (sepertinya ini yang paling sulit, godaannya besar disini hehehe)

5. Jika terdapat transaksi mencurigakan, segera hubungi pihak penerbit kartu, jangan lupa perkenalkan diri Anda dan katakan bahwa Anda cinta perdamaian *apaan sih gue*

6. Jangan pernah memberikan data kartu kredit Anda kepada orang lain, tetapi selalu berikan cinta Anda kepada dunia dan orang tercinta Anda

7. Kalau Anda diteror oleh debt collector kartu kredit, katakan bahwa Anda adalah orang yang cinta damai, tetapi lebih cinta jika debt collector dimusnahkan dari muka bumi.

Oiya, semua ini cuma pendapat pribadi saya ya.. jadi semuanya sih terserah Anda. Saya juga tidak ingin menggurui, karena saya sendiri belum pernah punya kartu kredit, jadi tidak bisa banyak memberi pendapat hehehe..

Merdekaaaaaaaaa !!!!! dari debt collector teroris

PEACE !!!

Kamis, Agustus 14, 2008

Matre Query :p

WeddingQuery........ ........ (SQL Style)

HUSBANDS QUERY

CREATE PROCEDURE MyMarriage (

BrideGroom Male (25) ,

Bride Female(20) )

AS

BEGIN

SELECT Bride FROM Brides

WHERE FatherInLaw = 'Millionaire'

AND Count(Car) > 20 AND HouseStatus ='ThreeStoreyed'

AND BrideEduStatus IN (B.TECH ,BE ,Degree ,MCA ,MiBA) AND Having

Brothers= Null

AND Sisters =Null

SELECT Gold ,Cash,Car,BankBalance

FROM FatherInLaw

UPDATE MyBankAccout

SETMyBal = MyBal + FatherInLawBal

UPDATEMyLocker

SET MyLockerContents = MyLockerContents + FatherInLawGold

INSERT INTOMyCarShed VALUES('BMW')

END

GO

Then the wife writes the below query:

DROP HUSBAND;

Commit;

Credit to : milis iluni 12, saya nggak tahu sumber aslinya dari mana

Rabu, Agustus 13, 2008

CDMA Injection dari R-UIM, Do It Yourself

Inject Handphone, Apa itu?
Sebenarnya agak sulit untuk menggambarkan apa itu proses yang disebut dengan inject handphone. Di Indonesia, proses inject ini mungkin kurang popular, mungkin ini dikarenakan bahwa disini penjualan handphone tidak dilakukan bundling dengan starter pack (paket perdana) dari operator telepon seluler (network provider) seperti Telkomsel, Indosat atau operator lainnya. Lagipula, umumnya handphone yang beredar di sini menggunakan jaringan GSM, dimana informasi dan setting jaringan berada di sebuah kartu yang disebut dengan SIM. Dengan mulai maraknya operator CDMA akhir – akhir ini, maka jasa inject handphone pun mulai bermunculan. Lalu, inject itu ngapain ? Pada dasarnya proses ini adalah proses untuk memasukkan setting dan informasi lain tentang pelanggan dan jaringannya ke dalam handphone kita, untuk kemudian handphone kita bisa digunakan di jaringan operator tertentu. Jadi misalnya kita ingin menggunakan operator esia dari Bakrie Telecom, maka informasi tentang setting jaringan esia tersebut dimasukkan ke handphone kita. Jika handphone kita mendukung R-UIM (dapat dianalogikan dengan SIM di GSM network), maka informasi dan setting tentang operator esia tersebut sudah berada di dalam R-UIM dalam kartu perdana yang kita beli. Jadi, kita tinggal memasukkan potongan R-UIM ke dalam handphone, nyalakan handphon, dan boom… handphone kita sudah bisa terkoneksi ke operator esia (selama ada sinyalnya tentu saja). Nah, masalahnya tidak semua handphone CDMA itu mendukung R-UIM, biarpun akhir – akhir ini sudah mulai banyak yang mendukung. Untuk yang belum mendukung R-UIM, proses inject handphone mutlak harus dilakukan sebelum handphone kita bisa digunakan untuk menelepon dan SMS atau layanan lainnya.

Sebelum melangkah untuk inject handphone, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui, diantaranya :

1. ESN number :

ESN (electronics serial number) adalah informasi tentang identitas handphone kita. Dalam dunia GSM, umum disebut dengan IMEI (International Mobile Equipment Identity). Ini adalah sebuah nomor unik yang membedakan suatu handphone dengan handphone lainnya. Biasanya ESN tercantum dalam 2 macam penulisan, yaitu dengan Sistem Bilangan Decimal (ESN DEC) atau dengan Sistem Bilangan Hexadecimal (ESN HEX). Nah, yang akan kita pakai sewaktu inject biasanya adalah nomor ESN HEX

2. MIN

MIN (mobile identity number ??) merupakan identitas nomor telepon kita di database operator. Nomor MIN ini tidak selalu sama dengan nomor telepon kita. Jadi, misalnya nomor telepon saya (021)30212115, nomor MIN saya mungkin 2130212115, atau mungkin juga nomor yang lain

3. SID

SID (System ID) adalah identitas jaringan operator yang kita pakai. Misalnya untuk Flexi SID nya adalah 10496, Esia : 10623, Mobile-8 : 10530, dan StarOne :10817

4. NID

NID (Network ID) ini juga ada hubungannya dengan jaringan operator. Saya sendiri tidak tahu persis gunanya untuk apa, tetapi biasanya parameter ini selalu terkait dengan SID.

5. Channel

Channel ini mungkin bisa dianalogikan dengan saluran TV.Seperti stasiun TV, setiap provider juga mempunyai channel sendiri – sendiri

6. A-Key

Saya tidak tahu persis apa guna A-Key ini, tetapi yang saya tahu, tidak semua provider mendukung A-Key. Guna A-Key ini adalah semacam kunci / password untuk pengamanan tambahan selain ESN dan MIN

Mengapa harus inject sendiri ?

Sekarang ini sudah banyak teknisi / tukang reparasi handphone yang bisa melakukan inject, jadi mungkin pertanyaan yang muncul adalah, kenapa harus melakukan sendiri ?

Jawaban untuk pertanyaan tersebut bagi tiap orang mungkin berbeda – beda. Prosedur inject resmi adalah sebagai berikut :

1. Masukkan setting dan parameter ke dalam handphone (biasanya disebut dengan setting NAM)

2. Daftarkan ESN dan MIN ke pihak operator (supaya ESN kita dicatat dalam database mereka)

3. Operator akan memberikan A-Key (bila operator itu mendukung A-Key)

4. Masukkan lagi parameter A-Key ke handphone

Akan tetapi latar belakang saya melakukan inject sendiri adalah karena saya ingin menghindari langkah nomor 2. Alasan utamanya adalah karena saya malas harus datang ke galeri / gerai / support center tiap operator setiap kali ingin ganti nomor.Lagipula saya sering iseng mencoba membeli kartu perdana baru dan mengotak atik fitur yang ada dalam kartu perdana tersebut. Saya ingin agar nomor kartu perdana tersebut bisa di inject kedalam HP tanpa harus ke galeri / gerai operator.

Awalnya dasar pemikiran saya, seharusnya setiap R-UIM card, pastilah juga mempunyai identitas yang unik semacam ESN, karena kalau kita membeli kartu perdana, kita tidak perlu lagi registrasi ke galeri operator, tapi langsung terkoneksi ke jaringan mereka. Akhirnya saya berusaha mencari cara bagaimana untuk melihat setting dan parameter dalam R-UIM

Untuk Nokia 2115 (kebetulan itu handphone yang saya punya), ternyata menunya bisa diakses dengan menekan : *3001#12345#

Ternyata, setiap R-UIM mempunyai parameter bernama SIM ID. Selain itu dari menu tersebut bisa juga dilihat SID, NID, channel, country code, dan parameter lainnya yang digunakan untuk proses inject.

Nah, pesawat yang menjadi “korban” untuk percobaan inject saya adalah Wifone LG LSP -345.

Akhirnya saya coba mengganti ESN LG LSP-345 tersebut dengan SIM ID dari kartu R-UIM yang akan saya inject (untuk yang mempunyai pesawat sejenis, security code nya adalah 187288, tapi mungkin punya anda bisa berbeda). Saya coba inject-kan parameter kartu StarOne ke pesawat tersebut. Setelah setting parameter selesai, dan ESN telah diganti dengan SIM ID R-UIM card StarOne, Horee…. Akhirnya pesawat Wifone saya sudah berubah menjadi beroperasi di jaringan StarOne. Tetapi yang lebih aneh, ketika R-UIM card yang saya inject tersebut diaktifkan di HP Nokia 2115 dan dihubungi dari telepon lain, ternyata kedua – duanya aktif. Jadi rupanya sekarang nomor telepon saya ter-cloning, 1 di pesawat telepon LG, satu lagi di HP Nokia 2115, dan ketika ditelpon / sms, kedua duanya sama sama menerima hihihi..

Oiya, sekedar mengingatkan, mungkin sebetulnya mengganti ESN adalah perbuatan illegal, jadi sebaiknya Anda berhati hati :P

Tabungan & Investasi

Ada nasihat sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah, bahwa kita diharapkan untuk mengembangkan pola hidup sederhana dan rajin menabung. Bahkan, untuk Anda yang masih ingat dengan P4 dan butir - butir Pancasila, hal ini tercantum dalam butir sila ke 5 (tepatnya butir ke berapa saya lupa hehehe) atau, buat Anda penggemar Pramuka, pola hidup hemat tercantum dalam Dasa Darma Pramuka :P Selain itu, ada juga nyanyian dari Titik Puspa, yang mengajak kita untuk ke bank dan menabung uang kita di sana. Tentunya ketika menabung, kita berharap bahwa uang kita akan tetap aman, dan syukur - syukur kalau bisa malah bertambah dan beranak pinak.

Awal Mula Menabung
Saya sendiri sebetulnya bukan orang yang terbiasa untuk menabung sedari masa kanak - kanak. Akan tetapi, itu bukan karena uang yang saya miliki selalu dihabiskan, tetapi lebih karena keadaan ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan untuk menabung hehehe.

Persisnya kapan, saya sudah tidak ingat lagi waktu pertama kali mempunyai tabungan di bank / lembaga pengelola tabungan. Kalau tidak salah, sekitar kelas 5 atau 6 SD, saya mulai menabung di sebuah koperasi kredit (credit union) yang terafiliasi pengelolanya dengan pihak sekolah.

Urusan dengan pihak bank baru berjalan ketika saya sudah bersekolah di SLTP. Itu pun bukan karena keinginan dari diri sendiri untuk menabung, akan tetapi karena kebetulan saya mendapatkan hadiah dari sekolah karena prestasi belajar *narsis boleh yah hehehe*. Waktu itu, seingat saya jumlahnya tidak banyak, mungkin tidak sampai ratusan ribu rupiah, tapi kalau dinilai dengan nilai uang saat ini, mungkin sekitar ratusan ribu.Tabungan pertama saya ini adalah Simpedes dari BRI. Kenapa Simpedes BRI, saya sendiri tidak tahu. Kemungkinan besar karena SLTP saya berada di sebuah kecamatan kecil, dan disitu bank yang tersedia hanya BRI (selain beberapa BPR lokal). Sayangnya, tabungan yang saya miliki ini juga tidak berlangsung lama, karena kemudian terpaksa diambil karena adanya kebutuhan keluarga. Setelah tabungan Simpedes ini, praktis sampai saya lulus SMU, saya tidak mempunyai tabungan di bank hehehe.

Ketika saya mengenyam bangku kuliah (tenang, bangkunya gak saya makan sampai habis kok hahaha), saya baru mempunyai tabungan lagi. Sebetulnya bukan tabungan sih, tapi lebih tepatnya sarana pembayaran uang kuliah yang sekaligus berfungsi sebagai tabungan. Produk tabungan kali ini adalah BNI Taplus, dimana selain sebagai tabungan, kartu ATM nya juga berfungsi ganda sebagai kartu mahasiswa (di tempat saya kuliah, lazim disebut dengan KTM). Rasanya, inilah kali pertama saya berkenalan dengan yang namanya kartu ATM hahaha. Sebetulnya, produk tabungan multifungsi ini mempunyai kelebihan, yaitu biaya administrasi bulanannya yang sangat rendah (saat itu kurang dari 1000 rupiah per bulan), akan tetapi jika uang kita di dalam tabungan itu sudah melewati jumlah tertentu, akan di autodebet untuk pembayaran biaya kuliah. (Biarpun selama saya kuliah, tidak pernah uang saya terdebet secara otomatis, karena jumlahnya selalu kurang hehehe). Saat ini produk BNI Taplus ini sudah tidak saya pakai lagi, karena sudah lama tidak aktif dan saldonya sudah sangat minimal, sehingga saya yakin sudah ditutup oleh pihak Bank (meskipun kartu ATMnya masih saya pegang).

Buka rekening atas keinginan sendiri

Produk tabungan pertama yang saya niatkan untuk membuka sendiri adalah Tahapan BCA. Produk ini mulai saya buka ketika kuliah saya sudah menginjak tahun ke 2. Sebenarnya sih kalau dipikir -pikir, bukan murni niatan saya untuk membuka tabungan ini. Ceritanya ketika itu saya memperoleh beasiswa dari suatu institusi yang mengharuskan uang beasiswa tersebut ditransfer ke rekening BCA. Padahal saat itu satu - satunya rekening tabungan yang saya miliki adalah BNI Taplus. Mengingat uang beasiswa tersebut, saya terpaksa membuka rekening BCA. Untuk tingkat pembukaan rekening saat itu, nilai setoran awal 500 ribu rupiah terasa sangat besar jika dibandingkan dengan tabungan sejenis di bank lain yang mensyaratkan nilai setoran awal sekitar 10 ribu s.d 250 ribu (benchmark saya adalah BRI, BNI, Lippo, etc). Di kemudian hari, ternyata rekening BCA ini bisa dikatakan sangat membantu saya, mengingat setelah saya lulus kuliah dan mulai bekerja, 2 perusahaan pertama tempat saya bekerja mempersyaratkan penggunaan rekening BCA untuk pembayaran upah bulanannya (bukan gaji lhoo, tapi upah... tahu kan bedanya hehehe ????) .

Setelah saya bekerja dan uang yang berada di rekening tabungan lumayan besar (setidaknya saldo tabungannya nilainya sudah lebih dari sebulan upah hehehe), sebetulnya saya mulai berpikir untuk membagi tabungan saya ke lebih dari satu rekening, dengan pemikiran bahwa 1 rekening untuk tabungan dan hanya disimpan dirumah, dan rekening lainnya untuk 'rekening siaga' yang kartu ATM nya selalu tersedia di dompet untuk mendukung kegiatan sehari hari. Saat itu juga mulai terpikir untuk melakuan deposito atau menginvestasikan uang tabungan yang saya miliki ke beberapa instrumen investasi. Akan tetapi sampai saya pindah ke tempat bekerja saat ini, keinginan ini akhirnya baru terlaksana hehehe.

Era sedikit melek investasi

Ketika pindah ke tempat kerja saat ini, selain berpindah bidang pekerjaan, saya juga mulai membuka rekening baru. Kebetulan tempat kerja saya adalah BUMN, yang kalau tidak salah menggunakan Bank Mandiri sebagai main host bank nya. Sebetulnya di perusahaan ini tidak ada pemaksaan untuk menggunakan rekening bank tertentu sebagai rekening untuk transfer upah bulanan. Saat masih menjadi trainee, kebetulan saat itu kami dikarantina selama proses class-room training, dan di tempat training tersebut ada Bank Mandiri. Jujur saja saya agak malas ketika ingin membuka rekening bank lagi, karena saat itu (dan sampai sekarang) bunga perbankan sudah sangat kecil dan biaya administrasi rekening bulanannya cukup besar. Akan tetapi, mengingat main host bank perusahaan saya adalah Bank Mandiri, dan kebetulan saat itu ada promo dari Bank Mandiri untuk pembukaan rekening, dimana jumlah setoran awal diturunkan dari 500 ribu rupiah menjadi hanya 50 ribu rupiah, akhirnya saya membuka rekening Tabungan Mandiri (saya mengindari timbulnya permasalahan ketika transfer upah, sehingga memilih bank yang sama). Selain itu, alasan saya membuka rekening di Bank Mandiri adalah memang benar - benar untuk memulai pembagian rekening tabungan seperti yang sudah saya pikirkan sebelumnya. Setelah mempunyai rekening di Bank Mandiri inilah, saya baru mulai berkenalan dengan deposito dan transaksi lainnya menggunakan fasilitas internet banking. Sebelumnya fasilitas internet banking dari BCA hanya saya manfaatkan untuk keperluan administrasi saja, tidak untuk transaksi finansial.

Tahun 2008, adalah tahun dimana saya mulai banyak tertarik di bidang manajemen keuangan, investasi, dkk. Saya tidak tahu persis kenapa demikian, akan tetapi mungkin ini adalah berkah ketika pekerjaan saya berputar haluan dari bidang IT (karena sebelumnya ketertarikan saya masih berkutat di seputar IT). Mungkin juga ini dikarenakan saya berada di SDM yang menangani Direktorat Keuangan, dan oleh karena itu mulai membuka diri dengan ilmu - ilmu keuangan hehehe.

Atas dasar ketertarikan terhadap bidang keuangan tersebut, saya mulai mencari - cari referensi tentang investasi dan bidang keuangan lain yang saya anggap menarik. Waktu itu saya tergelitik oleh besarnya biaya administrasi bulanan rekening tabungan yang cukup besar dan bunga tabungan yang semakin mengecil. Dalam pemikiran saya, rasa - rasanya mempunyai rekening di bank malah cenderung rugi jika jumlah saldo tabungan kita tidak signifikan, karena bunga tabungan bisa jadi tidak bisa menutup besarnya biaya administrasi. Waktu itu saya iseng mencari produk tabungan yang biaya administrasi bulanannya kecil, setidak tidaknya saldo tabungan saya tidak akan termakan oleh biaya administrasi. Setelah browsing kesana - kemari, akhirnya saya menemukan Shar-e, sebuah produk tabungan yang dikelola secara syariah dari Bank Muamalat yang memenuhi kriteria yang saya cari. Mungkin bagi sebagian orang pilihan saya terbilang aneh, mengingat saya bukan seorang Muslim, akan tetapi memilih bank syariah hehehe. Akan tetapi saya pribadi tidak ada masalah dengan hal itu. Lagipula, saya yakin uang tidak mengenal batas negara, suku, agama, atau apapun itu hehehe. Oiya, kebetulan untuk membeli Shar-e dan juga untuk menabung bisa dilakukan di Kantor Pos (selain di Bank Muamalat tentunya), dan untungnya di kompleks perkantoran saya ada Kantor Pos, sehingga saya akhirnya membuka rekening Shar-e. Shar-e dijual dalam bentuk starter pack seperti kalau kita membeli nomor kartu perdana GSM atau CDMA. Starter pack Shar-e dijual seharga 125 ribu dan sudah berisi saldo rekening sebesar 100 ribu. Di starter pack itu sudah ada kartu ATM yang bisa kita gunakan untuk menarik tunai gratis hampir di semua ATM, sehingga cocok untuk dipakai sebagai dompet elektronik / e-wallet (ini nggak lagi promosi Shar-e lho hehehe).

Selain menabung, saya juga mulai ingin berinvestasi secara kecil - kecilan. Saya sendiri masih malas dan merasa belum punya waktu untuk memulai investasi berupa usaha sendiri. Dari akhir tahun 2007, teman saya sudah memberitahu mengenai sarana investasi yang bernama reksadana. Saat itu, saya sama sekali belum mengetahui apa itu reksadana. Akhirnya setelah saya mencari info yang lebih lanjut, belajar lewat forum diskusi, dan sarana lainnya, saya akhirnya membuka rekening baru di Bank Commonwealth. Oiya, untuk membuka rekening awal di Bank Commonwealth (Commbank) diperlukan setoran awal minimal 500 ribu rupiah, dan kita juga bisa menggunakan keseluruhan saldo kita dalam tabungan untuk dibelikan reksadana (meskipun kalau bertanya kepada customer service,dikatakan bahwa saldo tabungan kita tidak bisa dihabiskan untuk membeli reksadana). Keunggulan Commbank ini ibaratnya seperti pasar swalayan untuk reksadana yang pembeliannya bisa dilakukan melalui internet banking. Dari sinilah akhirnya saya mengenal investasi melalui reksadana, meskipun hasil investasinya belum bisa dinikmati (NAB reksadana saham nya melorot terus nih hahahaha...)

Rekening tabungan terakhir yang saya miliki adalah Britama dari BRI. Rekening ini saya buka di bulan Mei 2008, setelah rekening Shar-e dan Commbank. Sebetulnya saya sudah malas membuka rekening tabungan baru, mengingat uang saya tidak seberapa, bahkan cenderung dimakan biaya administrasi pemeliharaan rekening hiks hiks hiks... Akan tetapi keadaan jugalah yang memaksa hehehe. Saya harus berkenalan dengan kredit (ngutang nih ceritanya) untuk membeli rumah. Yaa, karena saya ditawari rumah yang menurut saya berharga relatif murah, dan uang saya miliki belum cukup untuk membeli tunai (dan kebetulan proyek membeli rumah ini tidak terencana), akhirnya saya ngutang ke bank hehehehe (anggap saja investasi rumah untuk masa depan laah). Pilihan ngutang (saya sengaja menggunakan bahasa ngutang yang lebih vulgar, bukan kredit, supaya sadar bahwa hal ini sebisa mungkin saya hindari hehehe) sebetulnya bisa dilakukan ke Bank Mandiri, supaya tidak perlu buka rekening baru. Akan tetapi, syarat ngutang di Bank Mandiri ribet dan lama prosesnya (menurut info dari pihak yang sering ngutang) dibanding di BRI, padahal saya perlu uang cepat untuk membeli rumah. Akhirnya dengan alasan tersebut, saya memilih ngutang di BRI, yang uangnya bisa cair dalam waktu 3 hari, dan akhirnya transfer upah bulanan saya terpaksa harus dialihkan ke BRI.

Sebetulnya saat ini saya merasa jumlah rekening bank yang saya miliki sudah terlalu banyak, dan sedang saya pertimbangkan untuk menutup satu atau beberapa rekening tersebut. Akan tetapi masih bingung mau menutup yang mana. Untuk Shar-e rasanya tidak perlu ditutup, toh dengan saldo hanya 100 ribu pun, saldo tabungan tidak akan berkurang karena biaya administrasi. Untuk rekening di Commbank, saya rasa juga tidak perlu ditutup, karena memang tujuan awalnya untuk investasi. Demikian juga di BRI, karena digunakan untuk transfer upah dan bayar cicilan utang bulanan, jadi tidak bisa ditutup sampai utang saya lunas hehehe. Untuk 2 bank sisanya (BCA dan Bank Mandiri), wah... keduanya ini bank terbesar, saya bingung kalau harus menutup salah satu atau keduanya, karena biasanya untuk urusan bisnis (kalau saya sedang dapat side job), kedua bank inilah yang berperan. Lagipula saya terlanjur dapat Token untuk transaksi internet banking dari kedua bank tersebut, dan BRI belum memberikan layanan internet banking yang memudahkan saya membayar ini - itu tanpa harus ke ATM.

What do you think?????

Senin, Agustus 11, 2008

Diam Itu Emas ??

Hmm.. ada peribahasa yang mengatakan, kalau diam itu adalah emas. benarkah demikian ?
setidaknya ada hal yang menguntungkan saya karena saya diam.
Ceritanya, beberapa bulan lalu saya ada tugas kantor ke Bali. Niatnya sih selain tugas kantor, bisa ada kesempatan untuk jalan - jalan, meskipun kenyataanya ketika disana lebih banyak waktu dihabiskan untuk kerja (ya iya laah.. namanya juga tugas kantor :P)
Ketika ada waktu luang sedikit, saya berharap bisa jalan - jalan untuk melihat keindahan Bali. Tapi apa daya, waktu disana malah terserang flu hehehe
Hari pertama, setidaknya waktu makan siang sudah bisa melihat pantai kuta dan beli oleh - oleh ke Joger. Akhirnya lihat juga "sumur" disana (meskipun sedikit "sumur"nya) hahaha
hari kedua dan seterusnya, saya tidak sempat kemana mana, karena disibukkan oleh kegiatan kantor.
beberapa teman saya bisa mencuri waktu saat malam hari untuk pergi berjalan - jalan.
Saat jalan - jalan tersebut, mereka tentunya pulang sambil membawa barang yang sudah dibeli untuk oleh - oleh.
teman sekamar saya bercerita, dia bangga bisa membeli sandal dengan harga 35 ribu rupiah di kuta center
singkat kata, pas hari terakhir, akhirnya saya bisa berkesempatan jalan - jalan.
sewaktu dalam perjalanan dari kuta ke gunung batur, masing - masing rombongan "menyombongkan diri" bahwa dia bisa mendapatkan barang dengan harga murah.
teman saya yang lain, bisa membeli sandal yang sama dengan harga 15 ribu rupiah.
ketika sampai di gunung batur, sopir yang membawa kami, merangkap sebagai tour guide, memberi pesan : "Kalau ada yang menawarkan barang, jangan pernah menawar kalau tidak ingin membeli... bilang saja terima kasih"
Saya pun mengikuti petunjuk tersebut.
Karena saya cool *halah* , setiap kali ditawari souvenir, saya selalu berusaha menolak dengan sopan..
ternyata meskipun saya sudah berusaha menolak, tetap saja saya ditawari souvenir, dengan harga yang semakin turun..
akhirnya, karena saya merasa kasihan dengan penjualnya *beneran lho*, terpaksa saya beli barangnya.. karena saya merasa kok harga yang ditawarkan sangat murah *dengan harapan saya tidak ditawari lagi hehehe*
Saya bisa mendapat 3 gelang dan 3 kalung dari rangkaian batu seharga 10 ribu. padahal awalnya 1 item tersebut ditawarkan 10 ribu, dan di tempat lain, barang yang sama bisa berharga 120000 1 item hahahaha..
ketika sampai di dalam kendaraan untuk pulang, masing - masing bercerita lagi..
ternyata dari beberapa teman yang ditawari, saya selalu mendapat harga termurah hahaha...
mereka bertanya, apa "jurus" saya sehingga bisa mendapat penawaran termurah, dan saya jawab kalau saya diam saja.
well.. kalau diambil kesimpulan ngawur dari cerita di atas,berarti diam itu emas kan hahaha

Stereotyping

Saya terlahir sebagai seorang dari suku Jawa. Kebetulan kedua orang tua saya sama - sama berasal dari daerah Jawa Tengah.Tulisan ini tidak ada maksud sedikitpun untuk bersifat SARA / rasis, meskipun di dalamnya banyak menyinggung mengenai pandangan orang / stereotipe terhadap suku tertentu.
Dalam pencarian pasangan hidup *taelah.. bahasanyaa...* tentunya wajar bagi setiap orang untuk berusaha mendapatkan yang terbaik, dan oleh karena itu, wajar saja jika kemudian muncul persyaratan ini dan itu, mulai dari yang sifatnya ilmiah sampai dengan yang tidak ilmiah.
Sebetulnya, untuk saya pribadi, kriteria pasangan hidup yang cantik, manis, baik hati, montok, bodinya seksi, anak tunggal dan bokap nyokapnya tajir, tidak sombong, rajin menabung, disiplin berani dan setia (terusannya lihat aja Dasa Darma Pramuka yah hahaha) sudah cukup. Akan tetapi tentunya aspirasi dari keluarga dan orang - orang dekat patut dipertimbangkan (meskipun bukan keharusan), mengingat nantinya pasangan hidup kita juga akan berinteraksi dengan keluarga dan orang - orang terdekat kita.

Dari hasil ngobrol ngalor-ngidul dengan famili dan orang - orang dekat, didapatkan 'kesimpulan' dan 'fakta' ngawur seperti di bawah ini :

1. Perempuan dari Padang
Tipe perempuan dari Padang cenderung ingin berkuasa dalam keluarga. mungkin ini karena bawaan dari sifat matrilineal yang dianut oleh suku ini. Selain itu, stereotipe yang muncul dari orang padang adalah pelit.Untuk hal yang satu ini, jika sering melihat sinetron komedi situasi "Suami Suami Takut Istri" pasti tahu stereotipe tersebut
2. Perempuan dari Sunda (Jawa Barat)
Perempuan dari ranah Sunda ini katanya malas bekerja, cenderung bergantung pada suami dan lebih suka bersolek dan merawat diri. Mungkin stereotipe mengenai suka bersolek dan merawat diri ini ada benarnya, soalnya ketika saya melakukan 'inspeksi mendadak' saat 'kunjungan dinas' baru baru ini ke Bandung, disana saya bisa cuci mata karena ada banyak neng geulis hahaha..
3. Perempuan dari Manado
Stereotipe yang timbul dari beberapa kali obrolan saya mengenai perempuan dari Manado adalah, mereka suka berpesta / hura - hura, tampil perlente dan mengutamakan penampilan fisik dari luar, tapi agak mengabaikan kebutuhan keluarga.
4. Perempuan dari Batak
Perempuan dari Batak stereotipenya adalah keras (seperti kebanyakan orang Batak) dan banyak tuntutan.Mungkin mereka terbawa dengan adat orang Batak yang pada umumnya keras dalam perkataan, tetapi mungkin saja hatinya lembut hehehe..
5. Perempuan dari Jawa Timur
sebenarnya tidak ada yang khusus dari perempuan dari Jawa Timur, mungkin sama seperti stereotipe perempuan Jawa pada umumnya, yaitu cenderung nrimo, lemah lembut, lugu (dan mungkin juga gampang dibodohi hahaha). Akan tetapi penekanannya adalah, katanya orang Jawa Timur jika tidak berkenan, akan menggunakan beberapa sarana mistik seperti santet dan guna - guna lainnya (hmm.. mungkin pandangan ini karena di Jawa Timur ada beberapa daerah yang terkenal santetnya)
6. Perempuan chinese
wah.. kalau deskripsi perempuan dari suku ini sih jarang dibahas saat ngobrol. tapi mungkin dari pandangan sekilas, timbul kesan bahwa orang chinese (bukan perempuannya sih) cenderung memburu harta duniawi..

Perlu saya tulis lagi ya.. 'sifat - sifat' yang ditulis di atas belum tentu benar, karena hanya merupakan gambaran yang mungkin cuma kebetulan dari orang yang saya ajak ngobrol :p

Lagipula, saya juga mempunyai teman dari berbagai macam suku seperti yang saya sebutkan di atas, dan sejauh ini tidak ada masalah berarti dalam pertemanan.

begin block : iklan mode

jadi sekali lagi, mumpung saya masih single and available, buat para gadis muda yang merasa cantik, manis, baik hati, dll (seperti dalam Dasa Darma Pramuka), saya membuka kesempatan untuk perkenalan dengan saya hahahaha *peace*
Untuk yang merasa belum cantik, tenang saja.. sekarang sudah banyak ahli dan salon kecantikan yang mampu melakukan make over supaya anda terlihat menarik hahahaha...

end block : iklan mode

~lagigakjelasbinidle