Rabu, Agustus 13, 2008

Tabungan & Investasi

Ada nasihat sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah, bahwa kita diharapkan untuk mengembangkan pola hidup sederhana dan rajin menabung. Bahkan, untuk Anda yang masih ingat dengan P4 dan butir - butir Pancasila, hal ini tercantum dalam butir sila ke 5 (tepatnya butir ke berapa saya lupa hehehe) atau, buat Anda penggemar Pramuka, pola hidup hemat tercantum dalam Dasa Darma Pramuka :P Selain itu, ada juga nyanyian dari Titik Puspa, yang mengajak kita untuk ke bank dan menabung uang kita di sana. Tentunya ketika menabung, kita berharap bahwa uang kita akan tetap aman, dan syukur - syukur kalau bisa malah bertambah dan beranak pinak.

Awal Mula Menabung
Saya sendiri sebetulnya bukan orang yang terbiasa untuk menabung sedari masa kanak - kanak. Akan tetapi, itu bukan karena uang yang saya miliki selalu dihabiskan, tetapi lebih karena keadaan ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan untuk menabung hehehe.

Persisnya kapan, saya sudah tidak ingat lagi waktu pertama kali mempunyai tabungan di bank / lembaga pengelola tabungan. Kalau tidak salah, sekitar kelas 5 atau 6 SD, saya mulai menabung di sebuah koperasi kredit (credit union) yang terafiliasi pengelolanya dengan pihak sekolah.

Urusan dengan pihak bank baru berjalan ketika saya sudah bersekolah di SLTP. Itu pun bukan karena keinginan dari diri sendiri untuk menabung, akan tetapi karena kebetulan saya mendapatkan hadiah dari sekolah karena prestasi belajar *narsis boleh yah hehehe*. Waktu itu, seingat saya jumlahnya tidak banyak, mungkin tidak sampai ratusan ribu rupiah, tapi kalau dinilai dengan nilai uang saat ini, mungkin sekitar ratusan ribu.Tabungan pertama saya ini adalah Simpedes dari BRI. Kenapa Simpedes BRI, saya sendiri tidak tahu. Kemungkinan besar karena SLTP saya berada di sebuah kecamatan kecil, dan disitu bank yang tersedia hanya BRI (selain beberapa BPR lokal). Sayangnya, tabungan yang saya miliki ini juga tidak berlangsung lama, karena kemudian terpaksa diambil karena adanya kebutuhan keluarga. Setelah tabungan Simpedes ini, praktis sampai saya lulus SMU, saya tidak mempunyai tabungan di bank hehehe.

Ketika saya mengenyam bangku kuliah (tenang, bangkunya gak saya makan sampai habis kok hahaha), saya baru mempunyai tabungan lagi. Sebetulnya bukan tabungan sih, tapi lebih tepatnya sarana pembayaran uang kuliah yang sekaligus berfungsi sebagai tabungan. Produk tabungan kali ini adalah BNI Taplus, dimana selain sebagai tabungan, kartu ATM nya juga berfungsi ganda sebagai kartu mahasiswa (di tempat saya kuliah, lazim disebut dengan KTM). Rasanya, inilah kali pertama saya berkenalan dengan yang namanya kartu ATM hahaha. Sebetulnya, produk tabungan multifungsi ini mempunyai kelebihan, yaitu biaya administrasi bulanannya yang sangat rendah (saat itu kurang dari 1000 rupiah per bulan), akan tetapi jika uang kita di dalam tabungan itu sudah melewati jumlah tertentu, akan di autodebet untuk pembayaran biaya kuliah. (Biarpun selama saya kuliah, tidak pernah uang saya terdebet secara otomatis, karena jumlahnya selalu kurang hehehe). Saat ini produk BNI Taplus ini sudah tidak saya pakai lagi, karena sudah lama tidak aktif dan saldonya sudah sangat minimal, sehingga saya yakin sudah ditutup oleh pihak Bank (meskipun kartu ATMnya masih saya pegang).

Buka rekening atas keinginan sendiri

Produk tabungan pertama yang saya niatkan untuk membuka sendiri adalah Tahapan BCA. Produk ini mulai saya buka ketika kuliah saya sudah menginjak tahun ke 2. Sebenarnya sih kalau dipikir -pikir, bukan murni niatan saya untuk membuka tabungan ini. Ceritanya ketika itu saya memperoleh beasiswa dari suatu institusi yang mengharuskan uang beasiswa tersebut ditransfer ke rekening BCA. Padahal saat itu satu - satunya rekening tabungan yang saya miliki adalah BNI Taplus. Mengingat uang beasiswa tersebut, saya terpaksa membuka rekening BCA. Untuk tingkat pembukaan rekening saat itu, nilai setoran awal 500 ribu rupiah terasa sangat besar jika dibandingkan dengan tabungan sejenis di bank lain yang mensyaratkan nilai setoran awal sekitar 10 ribu s.d 250 ribu (benchmark saya adalah BRI, BNI, Lippo, etc). Di kemudian hari, ternyata rekening BCA ini bisa dikatakan sangat membantu saya, mengingat setelah saya lulus kuliah dan mulai bekerja, 2 perusahaan pertama tempat saya bekerja mempersyaratkan penggunaan rekening BCA untuk pembayaran upah bulanannya (bukan gaji lhoo, tapi upah... tahu kan bedanya hehehe ????) .

Setelah saya bekerja dan uang yang berada di rekening tabungan lumayan besar (setidaknya saldo tabungannya nilainya sudah lebih dari sebulan upah hehehe), sebetulnya saya mulai berpikir untuk membagi tabungan saya ke lebih dari satu rekening, dengan pemikiran bahwa 1 rekening untuk tabungan dan hanya disimpan dirumah, dan rekening lainnya untuk 'rekening siaga' yang kartu ATM nya selalu tersedia di dompet untuk mendukung kegiatan sehari hari. Saat itu juga mulai terpikir untuk melakuan deposito atau menginvestasikan uang tabungan yang saya miliki ke beberapa instrumen investasi. Akan tetapi sampai saya pindah ke tempat bekerja saat ini, keinginan ini akhirnya baru terlaksana hehehe.

Era sedikit melek investasi

Ketika pindah ke tempat kerja saat ini, selain berpindah bidang pekerjaan, saya juga mulai membuka rekening baru. Kebetulan tempat kerja saya adalah BUMN, yang kalau tidak salah menggunakan Bank Mandiri sebagai main host bank nya. Sebetulnya di perusahaan ini tidak ada pemaksaan untuk menggunakan rekening bank tertentu sebagai rekening untuk transfer upah bulanan. Saat masih menjadi trainee, kebetulan saat itu kami dikarantina selama proses class-room training, dan di tempat training tersebut ada Bank Mandiri. Jujur saja saya agak malas ketika ingin membuka rekening bank lagi, karena saat itu (dan sampai sekarang) bunga perbankan sudah sangat kecil dan biaya administrasi rekening bulanannya cukup besar. Akan tetapi, mengingat main host bank perusahaan saya adalah Bank Mandiri, dan kebetulan saat itu ada promo dari Bank Mandiri untuk pembukaan rekening, dimana jumlah setoran awal diturunkan dari 500 ribu rupiah menjadi hanya 50 ribu rupiah, akhirnya saya membuka rekening Tabungan Mandiri (saya mengindari timbulnya permasalahan ketika transfer upah, sehingga memilih bank yang sama). Selain itu, alasan saya membuka rekening di Bank Mandiri adalah memang benar - benar untuk memulai pembagian rekening tabungan seperti yang sudah saya pikirkan sebelumnya. Setelah mempunyai rekening di Bank Mandiri inilah, saya baru mulai berkenalan dengan deposito dan transaksi lainnya menggunakan fasilitas internet banking. Sebelumnya fasilitas internet banking dari BCA hanya saya manfaatkan untuk keperluan administrasi saja, tidak untuk transaksi finansial.

Tahun 2008, adalah tahun dimana saya mulai banyak tertarik di bidang manajemen keuangan, investasi, dkk. Saya tidak tahu persis kenapa demikian, akan tetapi mungkin ini adalah berkah ketika pekerjaan saya berputar haluan dari bidang IT (karena sebelumnya ketertarikan saya masih berkutat di seputar IT). Mungkin juga ini dikarenakan saya berada di SDM yang menangani Direktorat Keuangan, dan oleh karena itu mulai membuka diri dengan ilmu - ilmu keuangan hehehe.

Atas dasar ketertarikan terhadap bidang keuangan tersebut, saya mulai mencari - cari referensi tentang investasi dan bidang keuangan lain yang saya anggap menarik. Waktu itu saya tergelitik oleh besarnya biaya administrasi bulanan rekening tabungan yang cukup besar dan bunga tabungan yang semakin mengecil. Dalam pemikiran saya, rasa - rasanya mempunyai rekening di bank malah cenderung rugi jika jumlah saldo tabungan kita tidak signifikan, karena bunga tabungan bisa jadi tidak bisa menutup besarnya biaya administrasi. Waktu itu saya iseng mencari produk tabungan yang biaya administrasi bulanannya kecil, setidak tidaknya saldo tabungan saya tidak akan termakan oleh biaya administrasi. Setelah browsing kesana - kemari, akhirnya saya menemukan Shar-e, sebuah produk tabungan yang dikelola secara syariah dari Bank Muamalat yang memenuhi kriteria yang saya cari. Mungkin bagi sebagian orang pilihan saya terbilang aneh, mengingat saya bukan seorang Muslim, akan tetapi memilih bank syariah hehehe. Akan tetapi saya pribadi tidak ada masalah dengan hal itu. Lagipula, saya yakin uang tidak mengenal batas negara, suku, agama, atau apapun itu hehehe. Oiya, kebetulan untuk membeli Shar-e dan juga untuk menabung bisa dilakukan di Kantor Pos (selain di Bank Muamalat tentunya), dan untungnya di kompleks perkantoran saya ada Kantor Pos, sehingga saya akhirnya membuka rekening Shar-e. Shar-e dijual dalam bentuk starter pack seperti kalau kita membeli nomor kartu perdana GSM atau CDMA. Starter pack Shar-e dijual seharga 125 ribu dan sudah berisi saldo rekening sebesar 100 ribu. Di starter pack itu sudah ada kartu ATM yang bisa kita gunakan untuk menarik tunai gratis hampir di semua ATM, sehingga cocok untuk dipakai sebagai dompet elektronik / e-wallet (ini nggak lagi promosi Shar-e lho hehehe).

Selain menabung, saya juga mulai ingin berinvestasi secara kecil - kecilan. Saya sendiri masih malas dan merasa belum punya waktu untuk memulai investasi berupa usaha sendiri. Dari akhir tahun 2007, teman saya sudah memberitahu mengenai sarana investasi yang bernama reksadana. Saat itu, saya sama sekali belum mengetahui apa itu reksadana. Akhirnya setelah saya mencari info yang lebih lanjut, belajar lewat forum diskusi, dan sarana lainnya, saya akhirnya membuka rekening baru di Bank Commonwealth. Oiya, untuk membuka rekening awal di Bank Commonwealth (Commbank) diperlukan setoran awal minimal 500 ribu rupiah, dan kita juga bisa menggunakan keseluruhan saldo kita dalam tabungan untuk dibelikan reksadana (meskipun kalau bertanya kepada customer service,dikatakan bahwa saldo tabungan kita tidak bisa dihabiskan untuk membeli reksadana). Keunggulan Commbank ini ibaratnya seperti pasar swalayan untuk reksadana yang pembeliannya bisa dilakukan melalui internet banking. Dari sinilah akhirnya saya mengenal investasi melalui reksadana, meskipun hasil investasinya belum bisa dinikmati (NAB reksadana saham nya melorot terus nih hahahaha...)

Rekening tabungan terakhir yang saya miliki adalah Britama dari BRI. Rekening ini saya buka di bulan Mei 2008, setelah rekening Shar-e dan Commbank. Sebetulnya saya sudah malas membuka rekening tabungan baru, mengingat uang saya tidak seberapa, bahkan cenderung dimakan biaya administrasi pemeliharaan rekening hiks hiks hiks... Akan tetapi keadaan jugalah yang memaksa hehehe. Saya harus berkenalan dengan kredit (ngutang nih ceritanya) untuk membeli rumah. Yaa, karena saya ditawari rumah yang menurut saya berharga relatif murah, dan uang saya miliki belum cukup untuk membeli tunai (dan kebetulan proyek membeli rumah ini tidak terencana), akhirnya saya ngutang ke bank hehehehe (anggap saja investasi rumah untuk masa depan laah). Pilihan ngutang (saya sengaja menggunakan bahasa ngutang yang lebih vulgar, bukan kredit, supaya sadar bahwa hal ini sebisa mungkin saya hindari hehehe) sebetulnya bisa dilakukan ke Bank Mandiri, supaya tidak perlu buka rekening baru. Akan tetapi, syarat ngutang di Bank Mandiri ribet dan lama prosesnya (menurut info dari pihak yang sering ngutang) dibanding di BRI, padahal saya perlu uang cepat untuk membeli rumah. Akhirnya dengan alasan tersebut, saya memilih ngutang di BRI, yang uangnya bisa cair dalam waktu 3 hari, dan akhirnya transfer upah bulanan saya terpaksa harus dialihkan ke BRI.

Sebetulnya saat ini saya merasa jumlah rekening bank yang saya miliki sudah terlalu banyak, dan sedang saya pertimbangkan untuk menutup satu atau beberapa rekening tersebut. Akan tetapi masih bingung mau menutup yang mana. Untuk Shar-e rasanya tidak perlu ditutup, toh dengan saldo hanya 100 ribu pun, saldo tabungan tidak akan berkurang karena biaya administrasi. Untuk rekening di Commbank, saya rasa juga tidak perlu ditutup, karena memang tujuan awalnya untuk investasi. Demikian juga di BRI, karena digunakan untuk transfer upah dan bayar cicilan utang bulanan, jadi tidak bisa ditutup sampai utang saya lunas hehehe. Untuk 2 bank sisanya (BCA dan Bank Mandiri), wah... keduanya ini bank terbesar, saya bingung kalau harus menutup salah satu atau keduanya, karena biasanya untuk urusan bisnis (kalau saya sedang dapat side job), kedua bank inilah yang berperan. Lagipula saya terlanjur dapat Token untuk transaksi internet banking dari kedua bank tersebut, dan BRI belum memberikan layanan internet banking yang memudahkan saya membayar ini - itu tanpa harus ke ATM.

What do you think?????

2 komentar:

Sherly mengatakan...

[ga_penting] Ini lagi coba-coba font ya? Untuk 3 entri terakhir aja, udah 3 jenis font :P [/ga_penting]

Waw, baru tau rekening elo banyak banget, di.. (@_@) Gw punya 1 aja udah pusing..hehe.. Tapi untuk menutup memang dilema yah.. apalagi kalau pilihannya antara BCA atau Mandiri. Salah satu cara yang bisa ditempuh mungkin buat perbandingan antara keduanya, mana yang lebih menguntungkan deh (dari segi bunga, biaya administrasi, keribetan mengurus ini dan itu di bank,jumlah ATM atau diskon2 yang bisa diperoleh)

Nanya lagi: emang apa bedanya gaji dan upah? :-/ *asli serius nanyanya*

Didi mengatakan...

hehehe, maklum lagi aktif nulis lagi, pengin coba coba hehehe
iya, bingung kan mo nutup yg mana? klo diskon, kayaknya sama sama banyak deh hehehe.
beda gaji dan upah : dari yang gw tahu, upah itu kita kerja baru dibayar, kalau gaji, seperti pegawai negeri tuh, dibayar dulu baru kerja.. *moga aja gak salah*