Selasa, Januari 06, 2009

Krisis Ekonomi Dunia : Bisakah Menguak Kejahatan Investasi ??

Hmm, hari ini rasanya kegiatan saya di kantor lumayan padat. Begitu sampai di kantor, saya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan hari sebelumnya yang masih pending. Selain itu, saya juga harus sibuk mengangkat telepon yang terus berbunyi, karena kebetulan saya ketiban sial menjadi salah satu PIC (person in charge) dalam suatu program baru di perusahaan. Berikutnya, saya harus rapat (ada yang aneh dengan rapat sekarang, karena tidak ada snack / makan siangnya), dan kemudian menjaga support clinic untuk program baru yg saya ceritakan tadi pada saat jam istirahat tiba (tapi gak ada suster di kliniknya hehehe).Setelah jam istirahat siang, rapat lagi (masih tanpa snack) sampai jam 3 sore, kemudian kembali ke cubicle, dan melanjutkan pekerjaan sehari hari yang masih pending. Akhirnya, sekitar jam 5 saya sempatkan buka Detik, dan ternyata lagi – lagi ada berita mengenai perusahaan sekuritas Indonesia yang bermasalah.

Ok, enough for the beginning..

Mungkin Anda bertanya kenapa saya harus cerita mengenai rutinitas hari ini ? apa hubungannya dengan krisis ekonomi dunia ? well, ada sih..
Di perusahaan saya, dampak dari krisis global (tepatnya adalah penurunan harga komoditas, khususnya minyak bumi), telah berimbas secara langsung ke revenue perusahaan. Nah, karena menurunnya pendapatan perusahaan tadi, maka perusahaan berusaha melakukan efisiensi di berbagai bidang. Yang paling jelas dampak langsung efisiensi sekarang tentunya adalah : ditiadakannya konsumsi saat rapat (yeah, this is a very good chance to make me slimmer). Memang sih, sebelumnya saya pribadi juga kurang sreg dengan selalu adanya snack saat rapat. Menurut saya, itu too much.

Oiya, menyambung cerita yang tentang perusahaan sekuritas yang bermasalah tadi, akhirnya saya sempatkan untuk menghubungi teman saya yang kebetulan pernah bekerja disana. Saya ingin mendapat gambaran, apakah sebenarnya hampir semua perusahaan sekuritas / investasi / apapun namanya melakukan hal yang serupa ?
Jujur saja, sebagai investor kelas teri, yang masih dalam tahap coba – coba, seringnya mengetahui berita mengenai kasus investasi membuat saya makin miris dan bertanya tanya, apakah uang saya aman diinvestasikan ke lembaga investasi tadi.

Sekedar mengingat, krisis ekonomi dunia sudah membangkrutkan lembaga investasi kelas kakap di amerika, dan eropa, sedangkan lembaga keuangan lainnya menanggung kerugian yang jumlahnya sangat besar. Bursa di seluruh dunia (atau di sebagian besar wilayah dunia??) terkoreksi sampai ke titik terendahnya. Oke.. tapi kalau soal bursa turun, buat saya berita ini tidak terlalu merisaukan, karena ini adalah bagian dari resiko investasi..
Dari luar negeri, ada kejadian yang membuat saya kaget adalah ketika muncul berita tentang kasus Bernard Madoff, yang menjalankan skema Ponzi dalam mengelola investasi. Parahnya lagi, ternyata yang dikibuli oleh Madoff ini adalah lembaga investasi dan perbankan kelas kakap yang katanya reputasinya sudah tidak diragukan.
Kalau mereka yang katanya sudah canggih seperti itu masih tertipu, bagaimana dengan saya yang ilmunya masih sangat dangkal ini ???
Kemudian dari Indonesia, ada kasus tentang short selling illegal yang melibatkan beberapa perusahaan sekuritas dan katanya membuat IHSG anjlok, terus ada kasus pengelolaan investasi Antaboga yang berhubungan dengan Bank Century, dan yang terakhir ini, ternyata ada lagi kasus dari Sarijaya Securities yang diduga menyalahgunakan dana nasabahnya…
Wah wah wah… sepertinya ada hikmah positif dari krisis ekonomi global saat ini : Banyak borok / praktek-praktek kotor yang dilakukan oleh lembaga investasi yang akhirnya terbongkar di kalangan luas. Saya sih yakin, sebetulnya masih banyak yang belum ketahuan dan mungkin akan segera menyusul.
Nah.. berkaca dari kejadian di atas, saya jadi bertanya – tanya, kira – kira instrument investasi apa yang paling aman dari unsur fraud seperti di atas ? Teman saya yang bekerja di perusahaan sekuritas tadi, malah menyarankan investasi dalam bentuk emas batangan, atau uang dollar. Saya sih belum bertanya lebih jauh apa pertimbangan teman saya tadi. Mungkin karena investasi emas dan uang dollar tersebut cukup liquid, value nya lebih jelas (kita memegang nilai riilnya, bukan hanya sertifikat kepemilikannya saja). Kalau saya sih, untuk long term investment, sepertinya lebih condong ke properti (rumah atau tanah)
Ah, tapi sepertinya saya kebanyakan nulis nih.. toh, duit yang saya miliki juga tidak seberapa, kok sudah sok–sok an nulis macam – macam seperti ini. Seolah-olah duit saya sudah banyak, dan harus miris serta waswas kalau tiba tiba uangnya hilang.
Saya rasa, untuk hal seperti ini, orang yang tidak memiliki invesasi bisa tetap bersyukur : setidaknya dia tidak khawatir investasinya akan hilang gara-gara dikelola oleh lembaga yang salah hehehe...
semoga masa suram segera berakhir

Tidak ada komentar: